LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Ikan Mas
Hias
OLEH :
MOCH. SAIFUR RIJAL
16030224019
PROGRAM STUDI S1 FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Kata Pengantar
Puji syukur kami limpahkan kehadirat
Allah SWT, karena atas pertolongan Nya, kami dapat menyelesaikan laporan
praktikum ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Tak lupa
sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga
dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun penulis pada ruang dan waktu yang
lain. Judul laporan praktikum ini adalah “Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Ikan Mas Hias”
Untuk
menyelesaikan laporan adalah suatu hal yang mustahil apabila kami tidak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Ibu
Dra. Evie Ratnasari M.Si, selaku dosen pembimbing praktikum.
2.
Kakak-kakak
coast yang telah membantu dan membimbing praktikum.
3.
Orang
tua dan saudara yang telah membantu doa dan dukungan dalam menuntun ilmu di
Unesa.
4.
Teman-teman
FRD 2016 yang selalu memberi semangat.
5.
Dan
seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian praktikum dan laporan sehingga
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Kami berharap semoga laporan
praktikum ini bermanfaat bagi penulis dan penulis menyadari laporan praktikum
ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dibutuhkan
agar laporan ini bisa lebih baik.
Surabaya, 6 September 2016
Penulis
ABSTRAK
Laporan praktikum biologi dasar ini disusun oleh Moch.
Saifur Rijal, mahasiswa Universitas Negeri Surabaya FRD 2016 dalam rangka
pemenuhan laporan praktikum 1 dengan judul “Faktor-Faktor
Lingkungan yang Mempengaruhi Ikan Mas Hias”. Praktikum ini dalam
tujuannya agar mengetahui faktor-faktor lingkungan air dalam menunjang
kehidupan ikan.
Faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan ikan.
Faktor-faktor itu antara alain : suhu, tingkat keasaman (pH), sinar, kandungan
logam beart dalam air, salinitas dan sebagainnya.
Untuk itu penulis melakukan praktikum lingkungan air ikan mas hias dengan
penambahan deterjen. Hasil dari praktikum ini bisa mengetahui bagaimana
lingkungan ini bisa mempengaruhi hidup ikan mas akibat deterjen.
Kata
Kunci : Deterjen, Ikan
DAFTAR ISI
SAMPUL
…………………………………………………………………………… i
KATA
PENGANTAR …….………………………………………………….…..… ii ABSTRAK….............
…….………………………………………………….…..… iii
DAFTAR
ISI ..………………… … ………………………………………………... iv
DAFTAR ISI TABEL
..……………………………………………………………... v
DAFTAR ISI GAMBAR
..……………………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang …………………………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah
…….……………………………………….………. 1
1.3.
Tujuan ……………………………………………………………………… 1
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Sel….......................
………………………………………………………….. 2
2.2. Sel Tumbuhan
…............................................................................................. 2
2.3. Sel Hewan…..................................
…………………….…………………… 3
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1. Jenis Penelitian ………………..………………………………….........…… 4
3.2.
Variabel Penelitian …………………………………………………………. 4
3.3. Alat dan Bahan…......……………………………………………………..... 4
3.4.
Prosedur Kerja ……………………………………………………………… 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
………………..……………………………….........…… 6
4.2.
Analisis Data.........
…………………………………………………………. 7
4.3. Pembahasan….…......……………………………………………………..... 7
4.4.
Diskusi...........;
……………………………………………………………… 7
BAB IV PENUTUP
5.1. Kesimpulan….. ………………..…………....…………………….........…… 8
5.2.
Saran......................
…………………………………………………………. 8
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR ISI TABEL
3.1. Tabel 3.1..........
………………..………………………………….........…… 4
3.2.
Tabel 4.1……………………………………………….................…………. 6
3.3. Tabel 4.2…......…………………………………………...........…………..... 6
DAFTAR ISI GAMBAR
3.1. Gambar 1..........
………………..………………………………….........…… 6
3.2.
Gambar 2……………………………………………….................…………. 6
3.3. Gambar 3…......…………………………………………...........…………..... 6
3.3.
Gambar 4…......…………………………………………...........…………..... 6
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mahluk hidup adalah mahluk
sosial. Mereka tidak bisa hidup tanpa bantuan dari mahluk lain. Menurut
Rachmawati (2007:204), Organisme mendapatkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk kelangsungan hidupnya dan memerlukan makanan dan tempat tingga untuk
bereproduksi dan berinterasi dengan organisme lainnya. Hal ini penting
diketahui untuk memahami bagaimana mahluk hidup tergantung pada lingkungannya.
Ikan adalah bagian dari
mahluk hidup yang hidup di lingkungan air untuk itu faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan ikan.
Faktor-faktor itu antara alain : suhu, tingkat keasaman (pH), sinar, kandungan
logam beart dalam air, salinitas dan sebagainnya. (Tim Penyusun, 2016:1). Untuk
dapat mengetahui faktor-faktor lingungan yang mempengaruhi kehidupan ikan,
penulis melakukan eksperimen penambahan deterjen terhadap perubahan lingkungan
hidup ikan mas hias dan ikan itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh penggunaan deterjen terhadap
perlemahan operkulum ikan mas hias (Carassius auratus)?
1.3 Tujuan
Mendiskripsikan pengaruh penggunaan
deterjen terhadap perlemahan operkulum ikan mas hias (Carassius auratus)
1.4 Hipotesis
Deterjen berpengaruh terhadap perlemahan
operkulum ikan mas hias (Carassius auratus).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sel
Sel merupakan satuan unit terkecil dari mahluk hidup
(Tim Penyusun Biologi Dasar, 2016). Sel adalah unit struktural dan fungsional
terkecil. Setrukur sel ditemukan pertama kali di diskripsikan oleh Robert Hooke
pada 1665. Sel merupakan tempat terjadinya peristiwa fisiologis dan pewarisan
genetis mahluk hidup (Teo Sukoco dkk,2016).
Sel pada mahluk hidup dibagi menjadi dua, yaitu sel tumbuhan dan sel
hewan. Dari dua macam sel tersebut mempunyai perbedaan struktur organel dan
fungsinya (Tim Penyusun Biologi Dasar, 2016).
2.2
Sel Tumbuhan
Menurut
Purnomo dkk (2009, 27-29) organel-organel sel tumbuhan yang tidak terdapat pada
sel hewan dijelaskan sebagai berikut.
a. Dinding
Sel
Dinding
sel merupakan bagian terluar sel tumbuhan. Dinding sel ini bersifat kaku dan
tersusun atas polisakarida. Polisakarida ini terdiri atas selulosa,
hemiselulosa, dan pektin. Dinding sel dibentuk oleh diktiosom. Dinding sel
bersamasama dengan vakuola berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel.
Pada awal pembentukannya, dinding sel berupa selaput tipis tersusun atas
selulosa (polisakarida kompleks). Di antara dua dinding sel yang berdekatan
terdapat lamela tengah. Dua sel yang berdekatan dihubungkan oleh saluran yang
di dalamnya terdapat benang-benang plasma yang disebut plasmodesmata. Dinding
sel dapat dibedakan menjadi dinding sel primer dan dinding sel sekunder.
Dinding sel primer dibentuk pada waktu sel membelah, misalnya pada sel-sel muda
yang sedang tumbuh. Dinding sel primer tersusun atas selulosa antara 9–25%,
hemiselulosa, pektin, serta beberapa senyawa lainnya. Selulosa terdiri dari
mikrofibril yaitu seratserat panjang yang memiliki daya regang kuat. Sementara
itu, dinding sel sekunder terbentuk karena penebalan. Dinding sel sekunder ini
dimiliki oleh sel-sel dewasa yang terdapat di sebelah dalam dinding sel primer.
Dinding sel sekunder mempunyai kandungan selulosa antara 41–45%, hemiselulosa,
dan lignin. Beberapa sel dindingnya mengalami penebalan oleh zat lignin yang
disebut lignifikasi. Lignifikasi mengakibatkan xilem dan sklerenkim mengayu
(keras dan kaku). Penebalan dinding sel dapat terjadi secara penyisipan
(aposisi) pada penebalan-penebalan lama atau penambahan (intususepsi) pada
penebalan lama. Di antara dinding sel ada yang tidak mengalami penebalan
disebut noktah.
b. Vakuola
Vakuola
atau rongga sel ialah organel sitoplasmik yang berisi cairan dan dibatasi
membran yang mungkin identik dengan membran sel. Sel tumbuhan muda memiliki
banyak vakuola kecil-kecil. Semakin dewasa jumlah vakuola berkurang, tetapi
ukuran membesar. Sel-sel tumbuhan yang memiliki vakuola besar biasanya adalah
sel-sel parenkim dan kolenkim. Vakuola tersebut dibatasi oleh membran yang
disebut tonoplas.
c. Plastida
Plastida
merupakan organel yang hanya terdapat pada sel tumbuhan. Plastida berasal dari
perkembangan proplastida di daerah meristematik. Berdasarkan pigmen yang
dikandungnya terdapat tiga jenis plastida.
2.3
Sel Hewan
Menurut Purnomo dkk (2009, 31), sel hewan tidak memiliki dinding sel, tidak memiliki
plastida, dan bentuk tidak tetap seperti sel tumbuhan. Vakuola pada sel hewan
kecil atau tidak tampak. Sel tumbuhan tidak memiliki sentrosom dan sentriol,
kecuali tumbuhan tingkat rendah. Sel hewan memiliki dua sentriol di dalam
sentrosom. Saat pembelahan sel, tiap-tiap sentriol saling memisahkan diri
menuju kutub yang berlawanan dan memancarkan benang-benang gelendong pembelahan
yang akan menjerat kromosom.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Jenis Penelitian
Pengamatan tingkah laku ikan dan kerja operkulum ikan
mas terhadap penambahan deterjen pada air.
3.2 Variabel
3.2.1 Variabel Bebas
Tabel. 3.1 Variabel Manipulasi percobaan
No.
|
Wadah A
|
Wadah B
|
Wadah C
|
1.
|
Air 0 ppm
deterjen
|
Air 2 ppm
deterjen
|
Air 20 ppm
deterjen
|
2.
|
pH 7
|
pH 6.5
|
pH 6.8
|
3.2.2 Variabel Kontrol
§ Ikan mas hias (Carassius auratus), air, suhu , wadah.
3.2.3 Variabel Terikat
§ Tingkah laku dan kerja operkulum
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Bahan
§ Ikan mas hias hias (Carassius auratus)
§ Air
§ Deterjen Cair
3.3.2 Alat
§ Gelas Ukur
§ Wadah plastik
§ Pengaduk
§ Phmeter
§ Termometer
§ Kamera handphone
3.4 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan ikan mas
hias tiga ekor.
2. Membuat larutan
deterjen cair 2 ppm dengan mencampurkan 1 liter air dengan 2 ml deterjen cair
dan mengukur pH dan suhu.
3. Membuat larutan
deterjen cair 20 ppm dengan mencampurkan 1 liter air dengan 20 ml deterjen cair
dan mengukur pH dan suhu.
4. Memasukkan 200 ml
laurutan 2 ppm deterjen pada wadah plastik.
5. Memasukkan 200 ml
larutan 20 ppm deterjen pada wadah plastik.
6. Memasukkan 200 ml air
biasa pada wadah plastik.
7. Memasukkan ikan pada
masing masing gelas pada waktu bersamaan dan dihitung dengan stopwacth.
8. Mendiamkan ikan 1
menit pertama.
9. Menghitung dan
mengamati tingkah laku ikan pada menit ke 2, ke 3 dan ke 4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Wadah A
|
Wadah B
|
Wadah C
|
1.
|
|
|
|
2.
|
400
kali
|
|
|
Tabel 4.2 Tabel perbedaan sel bawang merah dan sel
pipi manusia
No.
|
Perbeda
|
Sel Bawang Merah
|
Sel Pipi Manusia
|
1.
|
Sitoplasma
|
Ada
|
Ada
|
2.
|
Membran
plasma
|
Ada
|
Ada
|
3.
|
Dinding
sel
|
Ada
|
Tidak ada
|
4.
|
Inti
sel
|
Ada
|
Tidak ada
|
5.
|
Kerapatan
antar sel
|
Rapat
|
Tidak rapat
|
6.
|
Bentuk
Sel
|
Simetris (beraturan)
|
Asimetris (tidak beraturan)
|
4.2 Analisis Data
Dalam pengamatan ini
terlihat strukur mikroskopis sel tumbuhan dari bawang merah dan sel hewan dari
manusia yang ditunjukan pada tabel 4.1. Pada sel bawang merah pada perbesaran
100 kali, terlihat sitoplasma, dinding sel, dan membran plasma. Dengan
perbesaran 400 kali inti sel bawang merah mulai terlihat. Begitu pula pada sel pipi
manusia, terlihat sitoplasma dan membran plasma pada perbesaran 100 kali dan
pada perbesaran 400 kali dengan metilen blue inti sel pipi manusia mulai
terlihat. Karena sel hewan tanpa adanya metilen blue kejelasan inti sel tidak
dapat terlihat jelas.
Pada tabel 4.1 bisa
dilihat bahwa bentuk sel hewan dan tumbuhan terlihat jelas pada perbedaannya.
Bentuk sel tumbuhan berbentuk simetris atau beraturan, sebaliknya pada sel
hewan bentuknnya asimetris atau tidak beraturan. Dan bisa dilihat pula pada
tabel 4.1 tentang kerapatan sel bawang merah dan sel pipi manusia yang lebih
rapat sel bawang merah.
4.3 Pembahasan
Berbedaan bentuk pada sel
hewan dan sel tumbuhan dikarenakan adanya dinding sel pada sel tumbuhan yang
membuat bentuk sel tumbuhan dapat dipertahankan. Menurut Purnomo dkk (2009, 27)
dinding
sel bersama dengan vakuola berperan dalam turgiditas sel atau kekakuan sel.
Sehingga bisa dipastikan bahwa keadaan sel tumbuhan yang selalu beraturan ini
karena adanya dinding sel yang selalu berusaha mempertahankan bentuknya.
Perbedaan kerapatan antar sel tumbuhan dan sel hewan
juga karena dinding sel pada sel tumbuhan. Karena dinding sel berperan menjaga
turgiditas sel, sehingga sel yang ada pada sel hewan tidak setabil, beberapa
sel hewan mengalami endosmosis, yang berakibat sel ada yang pecah atau lisis
karena terkena air.
4.4
Diskusi
Dalam pengamatan ini bisa mendapatakan infomasi
tentang perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan. Pada sel tumbuhan terdapat
dinding sel dan lebih rapat antar selnya. Namun dalam pengamatan ini tidak bisa
mendapatkan data tentang organel-organel sel yang lain karena mikroskop yang
digunakan tidak bisa mendapkan gambar yang lebih jelas dan besar.
Dalam pengamatan ini juga tidak bisa mendapatkan data
yang lebih jelas pada sel tumbuhan dan hewan pada perbesaran 400 kali seperti
yang diharapkan karena kurangnya perhatian pada variabel pengganggu seperti
kotoran dan udara dan kurang bisa menggunakan mikroskop secara baik dan benar.
Sehingga data yang didapatkan terlihat coklat dan samar.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
§ Sel
adalah unit terkecil dari mahluk hidup yang terdiri dari organel-organel sel.
§ Sel
hewan dan tumbuhan mempunyai sitoplasma, membran sel dan inti sel
§ Sel
tumbuhan memiliki dinding sel yang berfungsi menjaga turgiditas sel sehingga
bentuk sel bisa dipertahankan dan sel hewan tidak mempunyai dinding sel
5.2
Saran
§ Dalam
pengamatan yang dilakukan harus teliti agar data yang didapatkan maksimal
sesuai yang diharapkan.
§ Sebelum
pengamatan menggunakan mikroskop, diusahakan bisa menggunakan mikroskop secara
baik dan benar.
§ Dalam
penelitian diusahakan memperhatikan variabel pengganggu agar data yang
didapatkan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati, Fida dkk, 2007. Biologi Umum. Surabaya : Unesa University Press
Tim Biologi Dasar, 2016. Penuntun Praktikum Biologi Dasar Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya : Unesa University Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar